UMK - Tradisi silaturahmi yang dikemas dalam halalbihalal usai Ramdhan, merupakan budaya asli Indonesia. Tidak usah mengaitkan tradisi dan budaya ini dengan keagamaan, karena ini adalah hasil pemikiran para pendahulu bangsa.
KH. Ahmad Nadhif LC. MA., mengutarakan hal itu dalam kegiatan halalbihalal yang diselenggarakan oleh Universitas Muria Kudus (UMK) di Auditorium Kampus, Kamis (14/7/2016).
‘’Kalau mau nyari referensi halalbihalal di Arab atau di kamusnya, ketemunya paling kata ‘halal’ dan huruf ‘ba’. Tetapi kata ini bisa kita temukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),’’ ujarnya dalam halalbihalal yang dihadiri pengurus Yayasan Pembina (YP.) UMK, pimpinan beserta pimpinan universitas, para dosen, serta karyawan itu.
Dia menyampaikan, pada Ramadhan, dosa-dosa memang diampuni oleh Allah SWT. ‘’Tetapi yang diampuni itu dosa-dosa yang berhubungan langsung dengan Allah (habl min Allah), sedang yang terkait dengan manusia (habl min al-naas), tidak diampuni sebelum minta maaf,’’ terangnya.
Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu pun menilai, halalbihalal sangat tepat untuk mempererat tali silaturahmi dan juga memperteguh mewujudkan UMK sebagai Universitas Kebudayaan. ‘’Halalbihalal sangat tepat jika dijadikan sarana mendukung UMK sebagai Universitas Kebudayaan,’’ tegasnya.