UMK – Fakultas Psikologi melaksanakan kuliah umum dengan pembahasan utama Early Warning System Conflict In Peace Psychology. Peace Psychology muncul dan terdengar memasuki area penelitian dan praktik selama perang dingin ketika ingin mencegah terjadinya perang nuklir.
Namun, Setelah perang dingin problem lebih kompleks, mulai dari persoalan etnis, agama, ekonomi, kepadatan penduduk hingga lingkungan hidup. ”Apakah perlu di aplikasikan di Indonesia?, jelas dibutuhkan,” kata Dr. Hadi Suyono saat kuliah umum pada Minggu (20/1/2019).
Diakui atau tidak, Indonesia merupakan negeri yang memiliki potensi konflik cukup besar. Ketika tidak mampu untuk mengelola konflik, tentu akan tidak baik bagi lingkungan sosial. Sehingga membutuhkan tindakan preventif untuk mengelola konflik tersebut.
Salah satunya dengan pendidikan multikultural. Perlu dilakukan wacana lintas batas, mulai dari keadilan sosial, demokrasi hingga hak asasi manusia (HAM). Selain itu juga butuh keragaman budaya yang harus terus dikelola dengan baik, sehingga menjadi sebuah kekuatan.
Tak hanya itu, dalam pendidikan multikultural harus bisa mempertimbangkan latar belakang peserta didik, baik dari segi etnis, keyakinan hingga kulturnya. Selanjutnya yang juga penting yakni mengajarkan keterampilan hidup, paling utama menanamkan untuk menghormati perbedaan budaya.
Tentu akan muncul kendala ketika diaplikasikan di Indonesia, sehingga perlu mengetahui kendala dan mencarikan solusinya. Salah satunya melalui psikoedukasi yang harus mampu menumbuhkan soft skill.
Soft skill tersebut meliputi keterampilan sosial, komunikasi efektif, problem solving, mampu beradaptasi dan kerjasama tim yang baik. Dengan berbagai langkah, diharapkan setiap orang muncul peace of personality, apalagi persoalan kini semakin komplek. (linfokom)