UMK – Sekitar 600 civitas akademika Universitas Muria Kudus (UMK) mengikuti pelatihan dengan tema ‘Cerdas Melawan Hoax’. Pelatihan tersebut langsung dari CEO Media Grup Rerie Lestari Moerdijat dan jurnalis senior Metro TV.
CEO Media Grup Rerie Lestari Moerdijat mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan dalam program Media Grup Berbagi. Beberapa kampus sudah pernah dilaksanakan, kali ini giliran Universitas Muria Kudus (UMK) setelah sebelumnya ada kerjasama dengan jajaran pimpinan UMK.
Hoax saat ini sudah sangat mengancam dan berdampak negatif, sehingga perlu dilakukan perlawanan oleh semua lapisan masyarakat, terutama mahasiswa. ”Di Media Grup, kami selalu ditekankan untuk memberikan perubahan positif kepada masyarakat, diajarkan untuk mencintai negeri,” katanya saat memberikan paparan di Auditorium UMK kemarin (23/1/2019).
Selain tentang melawan hoax, CEO yang sering disapa Mbak Rerie ini juga menjelaskan tentang jiwa kepemimpinan. Karena dengan jiwa kepemimpinan yang baik, maka setiap orang akan mampu menentukan mana yang baik bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan hoax.
Setidaknya, ada lima kepemimpinan, pertama posisi, yakni yang memiliki surat resmi menajdi pemimpin. Kedua karena persetujuan bersama, ketiga kepemimpinan produksi, mampu memobilisasi, memiliki kecerdasan dan kreatif.
Selanjutnya pemimpin yang memiliki kemampuan pengembangan manusia, yakni yang mampu mengembangkan orang lain atau mampu melahirkan pemimpin baru yang lebih baik. Selanjutnya kepemimpinan paling tinggi yakni memiliki legalitas, diakui, memebri contoh, bisa berbagi, menginspirasi dan tidak harus menonjol.
Seperti pelatih bola, mereka yang bermain tentu akan menjadi sorotan utama, namun pelatih yang berada di belakang harus mampu menginspirasi untuk menggerakkan semua pemain. ”Ini harus kita pahami bersama, karena setiap orang adalah leader, kita tentu ingin besok mahasiswa UMK ada yang jadi CEO, bupati atau bahkan presiden,” terangnya.
Sementara itu, Jurnalis Senior Metro TV Wayan Eka Putera mengatakan, hoax harus dilawan. Saat ini jangan sampai mahasiswa ikut asal share tanpa menganalisis terlebih dahulu. Karena bisa saja menyesatkan.
Seperti saat adanya informasi tentang tujuh juta surat suara sudah tercoblos, informasi tersebut ternyata hoax namun sudah menyebar. Sehingga polisi langsung bergerak karena informasi tersebut berpotensi mengacaukan pemilu. ”Saya sebut itu informasi bukan berita, tapi informasi menyesatkan,” jelasnya.
Karena berita, dalam pembuatannya memeprtimbangkan banyak aspek, sebuah berita dihasilkan dari proses pengumpulan data, verifikasi data hingga konfirmasi. Artinya semua sesuai dengan kaidah atau standart jurnalistik.
Saat ini, semua orang memang bisa membuat berita atau yang dikenal dengan citizen jurnalism. Tentunya dalam pembuatan harus sesuai dengan kaidah jurnalistik, tidak boleh keluar dari kaidahnya.
Sehingga mahasiswa yang cerdas, harus mampu menganalisis informasi yang didapat melalui media apapun, terutama media online. Apakah sumbernyanya kredibel atau tidak, perlu menjadi pertimbangan sebelum melakukan sharing berita.
Sementara itu, Rektor UMK Kudus Dr. Suparnyo mengatakan, adanya pelatihan tersebut menjadi hal penting diera informasi yang semakin cepat. Karena banyak juga informasi atau berita hoax yang beredar. Sehingga perlu ditangkal agar hoax tidak berpengaruh negatif kepada masyarakat.
Selain itu, dengan kegiatan tersebut juga bermanfaat bagi mahasiswa untuk belajar ilmu komunikasi. Apalagi pengalaman CEO Media Grup dan jurnalis seniro Metro TV yang cukup banyak. (Humas UMK).